Senin, 31 Agustus 2009

Bahaya Rokok

Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak bisa kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti sebagai akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Setiap perokok menghisap dua bungkus rokok, dia telah mengurangi umurnya selama 8 tahun. Begitu juga dengan orang yang kena asap dari dua bungkus rokok, akan mengurangi umurnya selama empat tahun. Walaupun hasil studi menunjukkan hasil yang mengerikan, kebanyakan perokok tidak percaya. Hal ini disebabkan karena pada kenyataannya akibat buruk dari rokok bukanlah akibat yang bisa dirasakan dalam jangka waktu pendek. Biasanya kerusakan yang diakibatkannya terakumulasi sedikit demi sedikit dan baru bisa dirasakan langsung beberapa tahun atau beberapa puluh tahun kemudian. Hal inilah yang membuat bahaya rokok terhadap kesehatan sulit diyakini.

ASAP rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok menimbulkan pula problem di bidang ekonomi. Di negara industri maju, kini terdapat kecenderungan berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia, malah cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok.

Laporan WHO tahun 1983 menyebutkan, jumlah perokok meningkat 2,1 persen per tahun di negara berkembang, sedangkan di negara maju angka ini menurun sekitar 1,1 persen per tahun.
Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa 64,8 persen pria dan 9,8 persen wanita dengan usia di atas 13 tahun adalah perokok. Bahkan, pada kelompok remaja, 49 persen pelajar pria dan 8,8 persen pelajar wanita di Jakarta sudah merokok.

Dalam penelitian yang dilakukan Prof Soesmalijah Soewondo dari Fakultas Psikologi UI-yang bertanya kepada sejumlah orang yang tidak berhenti merokok-diperoleh jawaban bahwa bila tidak merokok, akan susah berkonsentrasi, gelisah, bahkan bisa jadi gemuk; sedangkan bila merokok, akan merasa lebih dewasa dan bisa timbul ide-ide atau inspirasi. Faktor-faktor psikologis dan fisiologis inilah yang banyak mempengaruhi kebiasaan merokok di masyarakat.

Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Partikel yang dibebaskan selama merokok sebanyak 5 x 109 ppm. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium.
p_rokok

Dampak paru-paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mucus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil, terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.
Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit obstruksi paru menahun (PPOM). Merokok merupakan penyebab utama timbulnya PPOM, termasuk emfisema paru-paru, bronkitis kronis, dan asma.

Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.
Partikel asap rokok, seperti benzopiren, dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan dengan risiko terjadinya kanker. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbul kanker paru-paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering.

Dampak terhadap jantung
Banyak penelitian telah membuktikan adanya hubungan merokok dengan penyakit jantung koroner (PJK). Dari 11 juta kematian per tahun di negara industri maju, WHO melaporkan lebih dari setengah (6 juta) disebabkan gangguan sirkulasi darah, di mana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner dan 1,5 juta adalah stroke. Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung tersebut. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.

Asap yang diembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif.

Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti.

Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan CO. Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (miokard) sehingga merugikan kerja miokard.
Nikotin mengganggu sistem saraf simpatis dengan akibat meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, kebutuhan oksigen jantung, serta menyebabkan gangguan irama jantung. Nikotin juga mengganggu kerja saraf, otak, dan banyak bagian tubuh lainnya.
Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombosit (penggumpalan) ke dinding pembuluh darah.
Karbon monoksida menimbulkan denaturasi hemoglobin, menurunkan langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat aterosklerosis (pengapuran/penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, CO menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan viskositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah.
Nikotin, CO, dan bahan-bahan lain dalam asap rokok terbukti merusak endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah timbulnya penggumpalan darah.

Di samping itu, asap rokok mempengaruhi profil lemak. Dibandingkan dengan bukan perokok, kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida darah perokok lebih tinggi, sedangkan kolesterol HDL lebih rendah.

Penyakit Jantung Koroner
Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK. Risiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan.
Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer.
Penyumbatan pembuluh darah perifer (PPDP) yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok berat, sering akan berakhir dengan amputasi.

Stroke
Penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan individu, termasuk pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna, dan lain-lain.

Dari sudut ekonomi kesehatan, dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan, bahkan negara.
Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil atau tenaga eksekutif, dengan kematian mendadak atau kelumpuhan yang timbul jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit bagi individu dan keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat, bagi keluarga, perusahaan, maupun pemerintah.

Kebiasaan merokok

Sudah seharusnya upaya menghentikan kebiasaan merokok menjadi tugas dan tanggung jawab dari segenap lapisan masyarakat. Usaha penerangan dan penyuluhan, khususnya di kalangan generasi muda, dapat pula dikaitkan dengan usaha penanggulangan bahaya narkotika, usaha kesehatan sekolah, dan penyuluhan kesehatan masyarakat pada umumnya.
They are important exemplars: they do practise what they preach.
Perlu pula pembatasan kesempatan merokok di tempat-tempat umum, sekolah, kendaraan umum, dan tempat kerja; pengaturan dan penertiban iklan promosi rokok; memasang peringatan kesehatan pada bungkus rokok dan iklan rokok.
From : http://www.antirokok.or.id/berita/berita_rokok_kese

Minggu, 30 Agustus 2009

Dalam Sehari, Terjadi Dua Kebakaran di Jakarta

Dalam sehari, Kamis (3/4), terjadi dua peristiwa kebakaran yang diduga berasal dari hubungan pendek arus listrik yang melanda sejumlah wilayah Jakarta.

Kebakaran pertama terjadi di Jl Minangkabau RT 011 RW 12, Kelurahan Mentengatas, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Dalam peristiwa itu, lima rumah petak ludes terbakar. Peristiwa kebakaran yang terjadi sekitar pukul 12.00 WIB itu diduga disebabkan adanya hubungan arus pendek atau korsleting listrik di salah satu rumah petak.

Pantauan beritajakarta.com, satu dari lima rumah yang terbakar tersebut adalah sebuah kos-kosan yang terdiri dari 90 pintu, yang seluruhnya habis terbakar. Api diduga berasal dari ruang tengah kos-kosan yang dihuni oleh Lady, salah seorang karyawati swasta. Kepulan asap dan beberapa titik api masih terjadi di sekitar lokasi kejadian. Dan itu membuat warga sekitar pun menjadi panik.

“Api menyala besar di tengah-tengah kos-kosan. Dan kemungkinan api berasal dari tempat yang ditempati Lady,” ujar Suryadi, salah satu saksi mata.

Warga yang panik tersebut tampak berlarian untuk menyelamatkan barang-barang di rumahnya. Dan tangisan pun terdengar dari seorang ibu yang rumahnya hangus terbakar. Pasalnya, uang tabungan yang ditabung selama lima tahun ini juga ikut terbakar. Ia hanya sempat menyelamatkan barang-barangnya yang terlihat saja.

Sementara itu, Ramli salah seorang yang tinggal tepat di samping rumah kos tersebut mengatakan, kejadiannya sekitar pukul 12.00 WIB. Api merembet begitu cepat, karena saat bersamaan angin berhembus begitu kencang dan cuaca siang itu begitu terik.

Ramli menambahkan, rumah kos-kosan tersebut dimiliki oleh H Saun yang telah lama meninggal dunia. “Sekarang kos-kosan itu diurus oleh anak-anaknya. Dan mereka pun tidak tinggal di kawasan ini,” katanya.

18 Unit Mobil Pemadam

Petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi sekitar pukul 12.30 WIB. Namun api sudah membakar lima rumah petak tersebut. Sebanyak 18 unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api di pemukiman padat penduduk itu.

Komandan Peleton Pemadam Kebakaran Jaksel, Saryono, menjelaskan, untuk memasuki kawasan tersebut, pihaknya tidak mengalami kesulitan. Namun hanya kondisi air saja yang sedikit sulit didapat.

“Dari pihak pemadam Jaksel, mengerahkan 15 unit mobil pemadam. Dan dibantu oleh pemadam Jakarta timur sebanyak tiga unit. Sementara masih ada sekitar tiga unit penunjang lainnya seperti motor dan mobil pemadam yang berukuran kecil,” ujarnya.

Secara terpisah, Lurah Mentengatas, Syamsul Bahri, mengatakan api diduga berasal dari hubungan pendek listrik arus listrik dari satu kamar kos-kosan milik Almarhum H Saun. “Tidak ada korban jiwa dalam musibah kebakaran ini. “Kami secepatnya membuat dapur umum dan posko kesehatan di lokasi kebakaran tersebut,” pungkasnya.

Kebakaran kedua terjadi di Jalan Kojan RT 003/10, Kampung Rawa Lele Kalideres, Jakarta Barat. Menurut informasi yang diperoleh, kebakaran yang menghanguskan belasan rumah tinggal itu terjadi sekitar pukul 11.20 WIB. Penyebabnya, diduga akibat kosleting listrik dari salah satu rumah kontrakan milik YL (50) dan SN (45). "Sedikitnya ada sebelas pintu," kata Jalih, Ketua RT setempat, Kamis (3/4).

Ia mengatakan, cepatnya api yang menjalar mengakibatkan para penghuni kontrakan tidak bisa berbuat banyak untuk menyelamatkan harta benda dan surat berharga lainnya. Beruntung, kebakaran tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.
Sekitar setengah jam kemudian, kata dia, petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi. Namun karena sempitnya jalan masuk membuat petugas kesulitan menjangkau titik api. Beruntung banyak warga yang membantu dan akhirnya api dengan cepat dapat dipadamkan. "Sebelum petugas datang, warga berbondong-bondong membantu memadamkan api dengan peralatan seadanya, sehingga api bisa dicegah dan tidak menyambar bangunan terlalu banyak," ungkapnya.

Sari, (42) tahun, salah seorang korban mengatakan, ia melihat kobaran api dari salah satu rumah kontrakan. Api dengan cepat menjalar ke rumah lainnya yang berhimpitan. "Tidak satu pun harta benda dan surat berharga kami yang bisa diselamatkan," tutur Sari sedih. "Uang yang saya simpan sebesar Rp 6 juta pun hangus terbakar," ucapnya.

Ia memperkirakan, kerugian yang diderita akibat kebakaran yang menghanguskan rumah kontrakan itu mencapai Rp 20 juta. "Untung kedua anak saya bisa selamat," ujarnya.

Sarono, Perwira Piket Sudin Pemadam Kebakaran Jakarta Barat yang dihubungi mengatakan, pihaknya menerima sinyal otomatis adanya kebakaran itu pada sekitar pukul 11.55 WIB. Satu unit mobil pemadam kebakaran dari Pos Citra I yang terdekat segera meluncur ke lokasi, selanjutnya disusul unit mobil pemadam kebakaran dari pos lainnya dan Posko Sudin Kebakaran Jakarta Barat. Api dapat dikuasai sekitar pukul 12.30 WIB dengan dibantu 18 unit mobil pemadam kebakaran. Akibat musibah itu, kata Sarono, 20 petak hunian di atas areal seluas 300 meter persegi musnah. Dan 20 KK atau 85 jiwa kehilangan tempat berteduh. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 350

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR DI JAKARTA
Jumat pagi 2 Februari itu saya yakin sekali kalo Jakarta bakal banjir seperti tahun 2002, hujan yang tidak kunjung reda, bahkan semakin kenceng pagi itu. Ternyata hujan hari itu merupakan curah hujan tertinggi di Jakarta 10 tahun terakhir. Mulai dari jam 10 malem tanggal 1 Februari sampe jam 12 siang esok harinya. Keyakinan saya terbukti waktu saya menyalakan tipi pagi itu. Banjir dan kemacetan terjadi dimana-mana. Saya putuskan pagi itu gak usah masuk kantor, meski kalo jalan kaki cuman 6-7 menit :D. Sambil baca peta Jakarta buatan Pak Gunter, saya mencari lokasi-lokasi banjir yang disebutkan oleh stasiun televisi. Hmmmm, ternyata menarik sekali distribusi lokasi banjir tersebut. Faktor secara umum dibagi menjadi dua bagian yang terkait satu sama lain, yaitu faktor fisik dan faktor manusia. Faktor fisik sederhana dapat digunakan siklus hidrologi.

Hujan deras dengan curah hujan tinggi, menghasilkan banjir kiriman dari daerah Puncak yang kabarnya ’gundul’, mengalir ke wilayah Jakarta menuju ke Laut Jawa. Untuk mencapai Laut Jawa, aliran air ini mengalir melalui sungai-sungai meander yang dibeberapa tempat terhalang sampah, drainease buruk, pembangunan saluran air yang parsial, perubahan fungsi lahan, plus ketinggian muka air laut yang sejajar pada beberapa tempat, menghasilkan aliran permukaan yang tidak beraturan dan tentunya banjir...


CURAH HUJAN
Ada cerita saat banjir kemaren bahwa, seorang teman apartemennya ikut kebanjiran gara-gara saluran air di kamar mandinya mampet. Nah kalo airnya dikit tentunya tidak sampai banjir kan...?! :D. Meski hujan merupakan salah satu sumber air penyebab banjir dipermukaan bumi (selain luapan air laut, bendungan jebol, pencairan glesier, dst), tetapi biasanya hujan yang paling sering disalahkan, sehingga manusia kemudian menciptakan alat pengukur curah hujan. Alat ini biasanya ada dalam stasiun pengamatan cuaca. Tidak cuman satu alat, tapi banyak alat yang dipasang tersebar pada suatu daerah. Hasil pengamatan beberapa stasiun itu kemudian digabungkan hasilnya menggunakan metode polygon thiessen untuk kemudian menghasilkan peta curah hujan dalam satuan milimeter. Curah hujan yang di atas normal tentunya berpengaruh sekali terhadap peluang banjir. Berhubung curah hujan tertinggi di Indonesia terjadi selama bulan Februari-Maret, tentunya banjir biasanya terjadi dalam periode ini.

SALURAN AIR
Banjir di Jakarta sebenernya terjadi sejak lama, Jaman Jakarta masih bernama Batavia pun sudah terjadi banjir. Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) Soepardijono Sobirin mengatakan bahwasannya sekitar 40 persen dari luas Kota Jakarta ketinggiannya hampir sama dengan permukaan air laut. “Meskipun tidak ada pemukiman, tetap saja banjir, termasuk banjir siklus lima tahunan seperti sekarang ini”. Kondisi ini, lanjut Sobirin, diperparah dengan penataan drainase yang parsial. Di daerah Kalapa Gading, misalnya, banyak pengembang yang menawarkan perumahan elite. Namun, tidak ada sinergi antara drainase perumahan yang satu dengan perumahan lainnya. “Akibatnya, air yang mengalir hanya di situ-situ saja. Tidak bisa keluar. Bayangkan kalau kemudian terjadi hujan lebat,” kata Sobirin.

Di Jakarta, membuat selokan yang baik itu bukan merupakan budaya atau patokan tata aturan pembuatan bangunan. Rumah-rumah pada daerah pemukiman padat penduduk non-perumahan biasanya memiliki saluran air seadanya. Ukuran satu kilan tangan dipakai untuk menangani limbah rumah tangga beberapa puluh rumah. Belum lagi warga yang membuat sambungan ’buk’ rumah dengan jalan tanpa memperhatikan hubungan antar selokan, sehingga seringkali tampak ada selokan menggenang untuk tempat sampah dan selokan yang kering kerontang yang dijadikan tempat bakar sampah dalam satu rute. Jangan salah ya, gedung2 bertingkat di Jakarta pun sering tidak memperdulikan kualitas gorong-gorong di depan gedung tersebut, misalnya genangan air di daerah Balai Kartini yang selalu muncul disaat hujan.

Yang paling parah, tegas Sobirin, adalah rusaknya daerah aliran sungai (DAS). Jakarta memiliki delapan DAS, yakni Das Cisadane, Angke, Ciliwung, Rukut, Sunter, Cilincing, Cikarang, dan Bekasi.
Yang paling besar adalah Cisadane dan Ciliwung. “Yang kecil-kecil semakin kerdil dan hilang karena pemukiman. Bantaran sungai semakin hilang karena diduduki pemukiman. Para pengembang bermunculkan tanpa melihat aliran air,” kata Sobirin. Sobirin mengatakan, semestinya, 30 persen dari total luas DAS seperti Ciliwung dan Cisadane itu berbentuk hutan. Maraknya alih fungsi di beberapa daerah memberikan andil besar membuat bencana banjir. Pasalnya, kemampuan alam menampung air menjadi sangat terbatas.

MEANDERNYA SUNGAI JAKARTA
Ada 13 sungai dan anak sungai yang mengalir ke Jakarta. Sungai ini sebagian besar polanya meander, berkelak-kelok. Anda bisa cek pola meander ini pada peta Gunter mulai dari Kali Angke, Pesanggrahan, Ciliwung, Kali Krukut, dst atau wilayah2 yang disebutkan sebagai lokasi banjir di Jakarta. Sungai ini otomatis akan membuat aliran air lebih lambat dan lama tergenang sebelum mencapai titik outlet.
Kalo pernah liat kali Krukut, sungai ini masuk kategori anak sungai yang bentuknya meander juga. Lebarnya di daerah perumahan warga wilayah Bangka sekitar 5 meter, tapi jangan salah Kali Krukut ini untuk wilayah Cilandak, ada yang lebarnya hanya 2 meter. Menciut melebar menciut melebar, yang tentunya banyak terdapat jebakan-jebakan air (pothole) didalamnya.

Jebakan air ini memiliki volume air yang besar, dan siap muntah diwaktu hujan dan menghasilkan debit yang cukup besar untuk menjadi banjir. Sungai ini juga ini ditugaskan untuk menangani aliran limbah rumah tangga dan industri wilayah yang menurut saya cukup banyak. Jadi sepanjang musim penghujan normal, muka airnya termasuk tinggi. Jadi wajar kalo ada hujan agak lamaan dikit dijamin bikin banjir, misalnya pada jembatan pada daerah jalan Kapten Tendean yang menghubungkan Kuningan dengan Blok M. Dan jangan salah, pada sempadan atau dataran banjirnya pun ada beberapa perumahan elit, ya tentunya jadi langganan banjir.


Kali Krukut yang merupakan anak sungai sering meluap ke Jalan Kapten Tendean-Kuningan Barat. (Peta Gunther, 2004 dan GoogleEarth 2007).
Untuk mengurangi tinggi debit sepanjang meander ini ya sebagai solusinya mungkin perlu dibuat sudetan sepanjang meander-meander, seperti yang dilakukan pada meander-meander pada Sungai Bengawan Solo. Dengan harapan aliran air akan berjalan lebih cepat dan tidak menggenang kelamaan.

PEMBANGUNAN KOTA
Banyak penelitian yang menunjukkan fenomena perubahan penggunaan lahan sebagai pemicu banjir, terutama perubahan lahan ke arah permukiman.
Kalo kembali ke peta Gunter, tampaknya sih solusi banjir kanal yang didengungkan VOC itu gak cukup lagi. Daerah banjir itu umumnya terjadi sepanjang sempadan meander-meander sungai yang sudah beralih fungsi menjadi perumahan, fasilitas umum, rumah sakit, dst. Bisa Anda cek langsung penggunaan lahan pada wilayah sepanjang Sungai Ciliwung, meski hanya pake peta Gunter sekalipun akan tampak ruas-ruas jalan pemukiman yang sebenarnya masuk dalam batas wilayah sempadan. Perlu diingat pula kalo istilah lain dari sempadan sungai adalah ’dataran banjir’. Resiko orang tinggal di dataran banjir, ya.... kebanjiran.

Dataran banjir yang ada disepanjang meander Kali Ciliwung. (GoogleEarth, 2007)

Tata penggunaan lahan yang sudah kadung daerah Jakarta, diistilahkan seperti membuat telor ceplok di wajan penggorengan dan membentuk kerak telor yang tidak beraturan bentuknya (kompas.com). Rawa diembat, sempadan diembat, lahan hijau diembat. Resapan air di-’delete’, masih mending kalo lokasi-lokasi tersebut bisa di-‘cut’ lalu di‘paste’ di tempat lain. Tentunya akan sulit buat pemerintah DKI Jakarta mengubah lahan-lahan terbangun yang kadung ’mateng’, kembali menjadi wilayah resapan, kawasan hutan kota, dst. Apalagi mengganti fungsi rawa yang telah menjadi penjinak banjir Jakarta berabad-abad lamanya (...).
Secara teori sih perubahan penggunaan lahan rawa ke permukiman atau perkantoran sih oke, tapi seringkali syarat mutlaknya kurang diperhatikan, yaitu saluran air yang ’sempurna’.


SAMPAH
Lahan terbangun yang telah mencapai 80% dari seluruh wilayah DKI Jakarta, membuat warga Jakarta yang tinggal dipemukiman padat biasanya kesulitan untuk membuang sampah. Maka, selokan atau sungai pun menjadi media untuk tempat buang sampah atau bakar sampah, bahkan itu menjadi semacam kebiasaan. Saya sering temui anak-anak kecil yang malah disuruh buang sampah di selokan oleh orang tuanya. Tentunya harapan para pembuang sampah bahwa sampah yang dibuang di selokan itu akan mengalir ke sungai tidak terjadi karena apa yang mereka buang itu malah menambah buruk saluran air yang memang sudah buruk. Tentunya ini disebabkan karena beragamnya asal muasal daerah dan karakter warga Jakarta. Ada yang kaya tapi ’ndeso’, misalnya tampak dari mobil2 niaga tahun terbaru tapi buang sampahnya di jalan, ada yang memang di kampungnya buang sampah di kali merupakan kebiasaan, dst. Ini cukup mengerikan, tapi itulah yang terjadi. Di sepanjang Sungai Ciliwung, sampah dalam bungkusan plastik menggunung.

Pernah sebuah stasiun tivi menayangkan volume sampah yang ada di pintu air Manggarai dapat dinaiki oleh pemulung saking banyaknya. Padahal kedalaman pintu air ini dapat mencapai 10 meter dan menjadi indikator waspada banjir di Jakarta. Coba bayangkan dalam sampah yang tertahan pada pintu air ini. Saya gak mau naif yah, bisa jadi saya menjadi salah satu kontributornya secara tidak langsung. Memang ada tukang sampah yang ngambilin sampah tiap hari, tapi saya juga nggak tanya sampah tersebut dibuang kemana, itu kan tanggung jawab tukang sampah itu, hehehe...
Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia
Lestarikan hutan hanya celoteh belaka
Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja
(Karya : Iwan Fals-Album Opini 1982)

SOLUSI
Kalo yang baru cari-cari rumah/kontrak,
Pilih perumahan yang jauh dari sungai dan anak sungai. Luapan banjir ini biasanya berasal dari sungai dan anak sungai. Biasanya yang terkena pertama kali adalah daerah sempadan sungai. Kadang juga ada perumahan bebas banjir yang ikut-ikut kebanjiran, gara-gara perumahan tetangga yang kebanjiran buang air (dipompa) melewati gorong-gorong perumahan bebas banjir.
Pilih daerah yang berkontur tinggi. Kontur tinggi ini bisa dipilih pada daerah-daerah Selatan Jakarta, seperti Depok, Kelapa Dua, Bogor dst. Kontur yang tinggi biasanya tidak mungkin ada pada daerah sempadan sungai. Namun demikian, meski tinggal dekat sungai, tapi kalo sungainya berbentuk lembah sungai yang dalam, ya bakal aman. Contohnya beberapa lokasi di dekat Kali Pesanggrahan, memiliki lembah sungai yang dalam.
hindari daerah-daerah yang berdekatan dengan bekas rawa. Gampangannya daerah berjudul 'Rawa', misal Rawa Buaya, Rawa Bebek, dst. Dari namanya aja udah ketahuan kalo itu daerah rawa yang alih fungsi :D. Biasanya perubahan penggunaan lahan rawa menjadi daerah terbangun, tidak diimbangi dengan pembuatan saluran air yang benar-benar sesuai. Padahal pembangunan saluran air pada daerah bekas rawa ini merupakan syarat mutlak untuk konservasi dan pengganti fungsi rawa tadi. Hasilnya banjir di daerah bekas rawa maupun sekitarnya, misal daerah Kelapa Gading.
Kalo yang udah kadung beli rumah daerah banjir, beli aja kasur pompa model DRTV. Kasur ini bisa dilipat dalam ukuran kecil sehingga mudah disimpan dan gak makan tempat. Kalo banjir tinggal dipompa untuk ngungsi.

Selasa, 25 Agustus 2009

penanggulangan banjir

Cara Menanggulangi Banjir Menurut Tiga Ahli
SEDIA PASIR SEBELUM HUJAN !
Oleh Maro Alnesputra
Episode Wimar's World kali ini membahas masalah yang sedang melanda kota Jakarta: BANJIR.
Seminggu belakangan ini, Jakarta seperti lumpuh akibat banjir besar yang disebut banyak orang sebagai Banjir 5 tahunan. Lebih dari 300000 orang rumahnya kebanjiran dan kehilangan harta bendanya. Lebih dari 50000 manusia harus tidur di posko-posko penanggulangan banjir dan kekurangan makanan. Lebih dari 50 orang meninggal. Belum lagi membayangkan penyakit-penyakit yang akan melanda setelah banjir nanti.
Media melaporkan terus, dan anda ikut berkomentar. Komentar paling banyak adalah:
1. Pemerintah salah
2. Jangan salahkan orang lain, salahkan diri sendiri
Ada juga nada positif di tengah bencana dan keributan soal tanggung jawab, yaitu kita melihat bagaimana warga bangkit untuk saling membantu secara sukarela. Hal ini sempat kita bicarakan bersama Peggy Melati Sukma dan teman-teman dalam acara Talk About Nothing di Kafe Pisa. Tapi kalau bukan duduk di kafe enak, komentar orang banyak mencari siapa yang salah dan siapa yang jangan disalahkan.
Namun episode Wimar's World kali ini bukanlah untuk menyalahkan pihak-pihak tertentu, namun lebih bermaksud untuk memberikan edukasi pada masyarakat luas akan usaha-usaha penting yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kembali banjir besar seperti sekarang ini. Kita mencari pengertian jernih.
Pembicaraan yang seru antara WW dengan 3 narasumber yaitu Marco Kusumawijaya (Ahli Tata Ruang Kota), Budi Widiantoro (Dinas PU DKI), serta Hari Tirto (prakirawan BMG) telah menghasilkan 1 Formula yang menghasikan 1 Kesimpulan:
Usaha Masyarakat + Usaha Pemerintah = Banjir Bisa Ditanggulangi!
-
Usaha Masyarakat: Menanggulangi Banjir Melalui Kesadaran Pribadi:
WW: Mengapa di tahun 2007 ini Banjir di Jakarta bisa lebih parah dari 2002?
Marco Kusumawijaya: Pertama adalah karena lahan ruang untuk menghisap atau meresap air sudah sangat berkurang di Jakarta, dan kedua adalah karena banyak saluran air yang terganggu
WW: Bagaimana syarat untuk membuat lahan resapan ?
Marco Kusumawijaya: Dengan membuat lapisan permukaan berasal dari bahan bahan yang bisa menyerap air, seperti pasir misalnya, sedangkan bahan seperti aspal tidak bisa menyerap air sama sekali. Rumput masih bisa menyerap air, itulah sebabnya dalam kasus banjir, akan lebih beruntung kawasan yang mempunyai lapangan golf daripada kawasan yang penuh dengan mall dan shopping center.
WW: Berarti masyarakat bisa ikut serta memperbanyak lahan penyerapan? Misalnya dengan menyediakannya di rumah masing masing? Bagaimana caranya?
Marco Kusumawijaya: Sangat bisa, karena sebenarnya untuk kawasan perumahan, ada peraturan yang mengharuskan sisa lahan pribadi digunakan untuk menyerap air. Untuk kawasan perumahan komposisinya 20-40% dari sisa lahan pribadi , dan untuk kawasan perkantoran 40-60% dari sisa lahan pribadi. Sehingga jumlah lahan penyerapan di kota Jakarta jelas bisa ditingkatkan dengan cara membiarkan tanah untuk jangan ditutupi dengan bahan yang tidak dapat menyerap air, misalnya sebagai dari lahan yang tersisa bisa dicoba tutupi dengan pasir yang mudah menyerap air.
WW: Lalu apa kendalanya ?
Marco Kusumawijaya: Ya kendalanya adalah banyak masyarakat yang mungkin jijik ya kalau sisa tanahnya dilapisi pasir karena mungkin tidak suka percikan air dan takut cacing.
WW: Apa saran dari pemerintah khusnya dari Dinas PU kepada masyarakat untuk dapat ikut mencegah terjadinya banjir dan menanggulanginya ?
Budi Widiantoro: Simple saja sebenarnya, masyarakat bisa membantu dengan mempunyai kesadaran tinggi untuk tidak membuang sampah sembarangan karena sampah yang berserakan dan menimbun merupakan salah satu penyebab banjir.
WW: Bagaimana sebaiknya masyarakat berusaha dalam bersiap-siap menghadapi cuaca apapun?
Hari Tirto: Dengan menyadari bahwa cuaca kadang susah untuk diprediksi sehingga masyarakat harus selalu bersiap-siap setiap saat menghadapi banjir. Ingat, sebenarnya tidak ada yang namanya siklus 5 tahunan karena Indonesia yang beriklim tropis sangat dinamis cuacanya, jadi masyarakat harus selalu berjaga-jaga!
-
Usaha Pemerintah: MEMPRIORITASKAN Penanggulangan Banjir & Mau Medengarkan Kritikan + Informasi
WW: Lalu kenapa 2007 ini daya serapnya itu bisa berkurang?
Marco Kusumawijaya: Terlalu banyak gedung di kota ini. Sebagai contoh lapangan PERSIJA yang tadinya sudah dibongkar. Ini sudah sangat bagus, namun sayang kemudian dijadikan gedung bertingkat. Bekas Gelanggang Remaja di Pluit malah dibangun mall dan gedung-gedung tinggi. Bahkan Kelapa Gading pun tadinya berasalah dari daerah untuk empang .
WW: Lalu sebaiknya bagaimana? Apakah dengan jumlah gedung yang sudah sangat banyak dikota ini masih bisa diusahakan membuat lahan serapan atau harus dibongkar semuanya?
Marco Kusumawijaya: Apa yang masih tersisa sebaiknya dimanfaatkan sebaik-baiknya.
WW: Apa usaha pemerintah untuk menanggulangi banjir saat ini?
Budi Widiantoro: Kita saat ini akan memprioritaskan pembangunan Kanal Timur karena diharapakan ini bisa sangat membantu untuk menanggulangi terjadinya banjir di kawasan Jakarta Timur, sementara itu kami juga sedang mengusahakan untuk memperbaiki keadaan di kawasan Jakarta Barat.
WW: Apakah pembangunan Kanal Timur ini diprioritaskan? Atau mungkin proyek yang komersil seperti Busway akan lebih diprioritaskan
Budi Widiantoro: Jelas diprioritaskan karena rencana awalnya sudah dari tahun 1973 . Dari tahun 2002-2006 dikebut pembuatannya, dan keadaan fisik sudah mencapai 60% lebih. Mudah-mudahan 2012 sudah bisa berjalan.
WW: Bagaimana dengan pengerukan kali?
Budi Widiantoro: Pengerukan Kali juga selalu kami coba untuk optimalkan, namun saat ini masih sering terhalang kendala oleh banyaknya rumah-rumah penduduk di dekatnya.
WW: Apa pendapat anda tentang banyaknya kritik dan masukan kepada pemerintah sehubungan dengan terjadinya banjir ini?
Budi Widiantoro: Menurut saya sangat bagus, dan dapat menjadi masukan bagi pihak pemerintah untuk selalu intropeksi dan memperbaiki keadaan.
WW: Apakah BMG sudah tahu bahwa akan terjadi banjir besar? Apa advice yang diberikan BMG kepada Gubernur Jakarta?
Hari Tirto: Sebelumnya kami sudah memperkirakannya, mengingat bahwa musim hujan yang biasanya terjadi April – September mundur sampai bulan Desember. Hal yang ditakutkan adalah bahwa pada bulan Januari-Februari tahun ini akan menjadi pelampiasan keterlambatan datangnya musim hujan tersebut. Perlu diingat bahwa kami sudah memberikan warning kepada pemerintah pada tanggal 28-31 kemarin bahwa ada kemungkinan terjadi hujan lebat seperti sekarang ini . Pihak Pemerintah selalu diberi tahu!
-
TIPS
Episode Wimar's World kali ini juga menghasilkan tips-tips berguna bagi masyarakat untuk menghadapi banjir, memperkirakan cuaca, dan mencegah Jakarta kebanjiran besar lagi di kemudian hari.
Tips Menghadapi Banjir versi Marco Wijayakusuma:
1. Siapkan keadaan terburuk, always prepares for the worst!
2. Selalu siap persediaan makanan cadangan di rumah
3. Andai memungkinkan, bangunlah rumah yang terdiri dari 2 lantai
4. Pindahlah dari daerah pemukiman yang memang rawan banjir
5. Siapkan selalu alat transportasi seperti perahu karet
6. Maksimalkan peringatan banjir melalui RT-RT
Tips Memprediksi Cuaca via Pembelajaran Alam versi Hari Tirto:
1. Apabila ada Laron beterbangan, maka pasti habis terjadi hujan besar
2. Apabila ada Pelangi muncul di bagian barat berarti sedang masa transisi
3. Ketika ayam peliharaan kita makannya lama, maka hujan akan berlangsung lama
Tips Mencegah Jakarta Kebanjiran Di Masa Depan versi WW:
PILIH CALON GUBERNUR JAKARTA YANG PEDULI PADA MASALAH BANJIR DAN MAU KONSISTEN MENGATASINYA!
-
Mudah-mudahan dengan formula dan tips-tips di atas, masyarakat dan pemerintah Indonesia bisa bersatu untuk memastikan bahwa banjir besar seperti sekarang ini dapat dicegah di kemudian hari.
Sedia payung sebelum hujan ? JADUL tuh !
Hari gini mah, sedia pasir sebelum hujan atuh !
-
SMS dari Penonton
* Dulu pernah ada rencana pemerintah th.1981 akan membangun waduk depok,bahkan DIP dari BAPENAS sud ah turun sudah di bentuk panitia@ aparat tekait pusat maupun daerah,waduk terse but untuk pembangkit tenaga listrik,pengendali banjir,rekreasi irigasi dsb.Jadi jikalau terlasana sungai ciliwung tidak meluap banjir seperti sekarang.....Dari : Rollis jagakarsa. Jaksel.
* tata kota: sehebatnya teori tata kota, ongkos sogok pemda merupakan bagian yang selalu ada dan sangat kecil dalam setiap budget pembangunan gedung2 kan? PU: mungkin karena proyek perairan (kanal, pintu air, etc) tidak se-"basah" (pun intended), proyek transportasi (tol, busway, monorail) ya? cuaca: apakah logis bahwa mestinya yang paling tahu akan terjadi banjir -if anyone- adalah BMG? apakah ada garis warning dari BMG ke pemda?
* Banjir adalah kesalahan manusia. Jangan menyalahkan alam. Tuhan menciptakan keseimbangan manusia yg merusaknya.!!
* Yth. Bung Wimar. Mana yg benar? Listrik nyala pln rugi, listrik padam krn banjir. Pln jg rugi. Hemat bbm anjurannya spy pemerintah bisa mengurangi subsidi tp di era banjir ini, katanya jg pertamina/spbu rugi. Ampun pak sy ga ngerti.
* Klo d jakarta tdk ada ruang serapan air ya wajar klo banjir jd penyakit kambuhan.
* Amat disayangkan sikap menkokesra yg mengatakan pers membesar2kan berita ttg banjir. Ktnya, "buktinya korban masih ketawa". Harus dipertanyakan komitmen seorg menteri yg mengaku mengurus kesejahteraan rakyat. Geni
* Banjir Air Jkt DitangguLangi Dg Cara" Buat Waduk di Cikeas Bgr. tQ dr Peri
* Bung W/Jaktv, posisi duduk host & tamu kok tdk nyaman betul untuk ditonton. Spt rombgn pasien di dpn dokter atau romb bawahan sdg diinterview bos besar. Kasian jg tamu2 cantik / ganteng cuma keliatn 1 sisi wjh spanjang acara. (hesti)
* Satu2nya cara utk mencegah bencana banjir adalah meng-GRATIS-kan pendikan s/d pendikan tinggi utk bisa menata & sadar akan lingkungan pemukiman
* Apa kaitanya dng global warming lalu solusi cepat kalo bisa melibatkan smua orang
* Kenapa ga semua developer/ real estate dwajibkan menyediakan daerah resapan/ sumur resapan di setiap unit rumah?
* Banjir merugikan 4 Triliun lbh,ini lebih besar drpd biaya kanal timur mengapa pemerintah tidak mengerti=>gunakan dr subsidi minyak krn harga minyak turun Martin
* Judi Trisyanto, cengkareng timur. Setiap bulan permukaan tanah turun satu sentimeter setahun 12cm lima tahunan 60cm
* Ass wr wb,mas Wimar,ayo teruskan pembangunan mal2,reklamasi pantai terusin,tq.wassalam rini soeyoko,buaran indah 3
* YG MURAH SAJA DU LU-LIHAT G0T DI DEPAN RMH,MAU PE DULI TIDANG MEM BERSIHKAN SNDIRI. JANGAN INI SLALU URUSAN PEMDA dan PEMBUATAN INRIT SEENAKNYA(TJE TJEP CPUTAT)
* Selamat malam,Pak wimar. Saya Usul, agar pembicaraan ini lebih ke arah program kerja yg kemungkinan besar atau pasti akan dilakukan (itu apa saja), guna antisipasi banjir berikutnya. Terima kasih. Dari listens di Tangerang
* Sutyoso lebih senang bangun mall,real estate, bus way karna byk dpt uang dr pd ngurus drainase,yah biasa ngejar setoran d akhr jabatan
* Satu2nya cara utk mencegah bencana banjir di republik ini adalah dg meng-GRATIS-kan pendikan bagi slrh masyarakat s/d pendikan tinggi utk bisa menata & menghargai lingkungan hidup & pemukiman
* Utk mengurangi banjir: 1.Kanal DKI hrs diteruskan, bikin kanal Tangerang + kanal Bekasi, sambung ke sungai2 besar. 2.Buat drainase secara keseluruhan&terpadu. 3.Sediakan pompa secukupnya. 4.Penanaman hutan kota. 5.Masyarakat tdk buang sampah sembarangan &hrs memelihara saluran. Dari Bpk Muhammad.
* Seharusnya pemerintah pusat turun tangan baik secara dana & teknis. Karena Jakarta milik Indonesia,bukan hanya milik orang Jakarta saja.
* Bang Wimar .jangan lupa pendangkalan kali adalah salah satu penyebab banjir
* Pd hujan bsar yg focus adlah gaya horizontal serta hambatannya utk smp ke laut....tlg dbahas
* siapa yg hrs bertanggung jwb ya kalo 5 thn lg ternyata banjir di jkt tetap ada atau bahkan makin parah? trims. susan
* Skrg sbnrnya mslhnya PRIORITAS mana yg mau duluan d krjakan bangun mall2,bus way, kanal timur,monorel,sub way?klau teori sdah byk lah kt sdah bosan,.tgl skrg pemkot mau bertindak/hanya sekedar berwacana?
* Knp bantuan dr pemerintah sll terkesan terlambat? kalo penyebabnya birokrasi, knp gak dikecualikan utk keadaan bencana? penasaran aja. angel-cibubur
* Yg perlu di cek juga adalah kapasitas pengelola kota. Apakah latar belakang pendidikannya sudah sesuai dan pengalamannya cukup matang? Atau cuma birokrat yg ahli dlm administrasi ??
* BANJIR AIR PAM SUDAH 4 HR WARGA SUDAH BANJAK JG DIARE.RMH TDK BISA BERSIH .PEMERINTAH TLG PERHATIKAN.SAYA WARGA OTISTA
* Pejabat2 itu kalau sudah bisa atur uang negara baru bisa atur banjir, tanah, hutan, sampah dst yg menjadi masalah selama ini. Olof
* BPK WIMAR ACARA NYA OK AGAR SEHAT SELALU SHALOM ANTON
* Hindari alih fungsi setu, rawa, lhn basah menjadi lahan tertutup bangunan. Turmudi
* Perlu dibuat secara menyeluruh di Jabotabek saluran macro under ground / gorong2 yg besar & bebas hambatan shg air cpt terbuang ke laut (spt di negara2 maju). Krn saluran terbuka & peresapan tdk bisa terlalu diandalkan mengingat budaya masyrk yg krg bisa menjaganya. *galih permata mrs, bekasi
* Dulu pernah ada rencana pe merintah th.1981 akan membangun waduk depok,bahkan DIP dari BAPENAS sud ah turun sudah di bentuk panitia@ aparat tekait pusat maupun daerah,waduk terse but untuk pembangkit tenaga listrik,pengendali banjir,rekreasi irigasi dsb.Jadi jikalau terlasana sungai ciliwung tidak meluap banjir seperti sekarang.....Dari : Rollis jagakarsa. Jaksel.
* Om,per?annya pemerth punya lahan nga untk ngebangun?ntar bebasin tnh,org2 trsbt lariny y ke bogor sama juga bo'ong. Yg hrs dilakukan adlh pembuatan terowongan untuk pembuangan air, sprt jalur busway dibawahny da trowongan air kan bisa,dibuang ke waduk yaitu tnh pemerintah yg nga terpakai,itu aj dulu yg dilakukn nga ush ngbangun rusun atw gedung. Nga smp trilyunan, bener ga?Makany jangan asal ngebangun.
* Saya mau tanya ke bapak BMG, kalau periode banjir 25, 50, & 100 tahunan kapan kira-kira terjadinya?
* Pa WIMAR. tol tanyakan bagaimana dgn bkb. bukan yg timur saja. yg brt aja banjir terus
* Untung ktp saya bkn dki,kalo iya saya mencalonkn diri jd gubernur.
* bang wimar,s ciliwung sdh dankal krn lumpur krn pengikisan dan sdh keras, cth s ciliwung di kp melayu klo msm kering dpt dijadikan tmpt main sepak bola
* BPK WIMAR ACARA NYA OK AGAR SEHAT SELALU SHALOM ANTON
* Bentuklah menteri mega politan kalau jakarta aman. U, ekosistem.transportasi.sampah dll
* Pak Wimar seharusnya pegawai Pemprov itu bekerja berdasarkan target yg tdk berhasil pecat. Itu akan membuat kinerjanya bagus.
* Tips buat pelanggan banjir: jgn beli furniture mahal, bahan dr plastik lbh bgs. siap bbrp pelampung krn perahu karet mahal. siap tali jg.
* Bang Wimar tlg masalah kantong plastik dijadikan topik .yuvensius
Print article only
Pembaca Perspektif Online
You!
Join My Community

Banjir Jakarta 2007

Banjir Jakarta 2007
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari


Jalan Pos Pengumben, Jakarta Barat yang putus total akibat banjir
Banjir Jakarta 2007 adalah bencana banjir yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir.
Pantauan di 11 pos pengamatan hujan milik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2 Februari, malam lalu mencapai rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan probabilitas kejadiannya 20 persen.
Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan 4,3 triliun rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007.
Sebab
Akibat utama banjir ini adalah curah hujan yang tinggi, dan musim hujan di Indonesia mulai bulan Desember dan berakhir bulan Maret. Pada tahun 2007, intensitas hujan mencapai puncaknya pada bulan Februari, dengan intensitas terbesar pada akhir bulan.[1]
Antisipasi
Sistem Pengendali Banjir Jakarta
Untuk menangani banjir, Provinsi DKI Jakarta telah membangun serangkaian Sistem Pengendali Banjir Jakarta. Berikut adalah Sistem Kawasan Pengendali Banjir dan Drainase Jakarta sampai 2010: [2]
Jakarta Utara
• Sunter Timur I
• Sunter Timur II
• Kelapa Gading
• Sunter Barat
• Sunter Selatan
• Pademangan
• Jembatan V
• Teluk Gong
• Angka Bawah
Jakarta Barat
• Jelambar
• Grogol
• Pinangsia
• Jati Pulo
• Kali Sekretaris
• S.P.Barat Jakarta Pusat
• Sawah Besar
• Sumur Batu
• Cideng Bawah
Jakarta Selatan
• Kali Grogol Atas
• Duren Tiga
• Pondok Karya
• Sangrila
Jakarta Timur
• Duren Sawit
• Cipinang Sistem Saluran Makro (13 sungai)
1. Kali Mookevart
2. Kali Angke
3. Kali Pesanggrahan
4. Kali Grogol
5. Kali Krukut
6. Kali Baru (Pasar Minggu)
7. Kali Ciliwung
8. Kali Baru Timur
9. Kali Cipinang
10. Kali Sunter
11. Kali Buara
12. Kali Jati Kramat
13. Kali Cakung
Banjir Kanal
1. Banjir Kanal Barat
2. Banjir Kanal Timur

Lokasi-lokasi banjir


Pengguna Kendaraan menggunakan jasa gerobak untuk menyeberangkan mereka
Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menyatakan, sebagian wilayah Jakarta Barat di sekitar Kali Angke berstatus siaga satu karena tinggi air 3,75 meter dari ambang batas 3 meter. Wilayah lain berstatus siaga dua dan tiga.
Kemacetan akibat banjir juga terjadi di daerah Cipinang, Jakarta Timur. Di Jalan DI Panjaitan, sepeda motor yang tidak dapat melewati jalan itu berbalik arah dan naik ke jalan tol yang lebih tinggi.
Hujan deras juga menyebabkan tanggul jebol di Banjir Kanal Barat (BKB) persis di aliran Kali Sunter. Air meluber langsung ke perkantoran dan perumahan warga. Tanggul BKB jebol Jumat dini hari, sementara Kali Sunter baru Jumat siang. Akibat tanggul jebol, kawasan Jatibaru-Tanah Abang dan Petamburan tergenang air hingga setinggi 2 meter. Evakuasi warga di Petamburan mengalami kesulitan karena banyak permukiman terletak di antara gang sempit, bahkan tidak muat untuk dilewati perahu karet.
Jalan Kampung Melayu Besar di Jakarta Timur tidak bisa dilewati kendaraan, tetapi warga menyewakan gerobak untuk mengangkut pengendara dan kendaraan roda dua. Sebagian besar Jakarta Utara, mulai dari Marunda, Rorotan, Koja, Kelapa Gading, hingga ke barat, yakni Sunter, Tanjung Priok, Pademangan, Angke, Pluit, dan Kapuk pun terendam banjir. Tinggi genangan bervariasi, 30 sentimeter hingga 1 meter.
Jl Raya Kembangan, Jakarta Barat Digenangi air setinggi lutut orang dewasa hingga lalu lintas yang setiap hari macet dan ramai pada saat itu menjadi sepi dan gelap gulita di malam hari. Hanya kendaraan dengan roda besar, gerobak dan delman yang mampu melewati wilayah itu. Listrik padam selama 3 hari. Air Baru surut pada hari ke empat (Selasa).
Korban

Hingga tanggal 8 Februari 2007, menurut data Polda Metro Jaya jumlah korban meninggal akibat banjir di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi mencapai 48 orang; dan di Bogor sebanyak 7 orang.[3]
Pada tanggal 9 Februari 2007 meningkat menjadi 66 orang, sebagaimana dicatat Kantor Berita Antara: Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB) menyatakan sebanyak 66 orang meninggal akibat bencana banjir yang terjadi di tiga provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten.[4]
Pada tanggal 10 Februari jumlah korban meningkat menjadi 80 orang. Jumlah ini mencakup korban di tiga provinsi dengan perincian DKI Jakarta 48 orang, Jawa Barat 19 orang, dan Banten 13 orang. [5]
Dampak dan kerugian


Sebuah taksi yang terbalik dan terendam banjir di Jakarta Selatan pada banjir Jakarta 2007.
Seluruh aktivitas di kawasan yang tergenang lumpuh. Jaringan telepon dan internet terganggu. Listrik di sejumlah kawasan yang terendam juga padam.
Puluhan ribu warga di Jakarta dan daerah sekitarnya terpaksa mengungsi di posko-posko terdekat. Sebagian lainnya hingga Jumat malam masih terjebak di dalam rumah yang sekelilingnya digenangi air hingga 2-3 meter. Mereka tidak bisa keluar untuk menyelamatkan diri karena perahu tim penolong tidak kunjung datang.
Di dalam kota, kemacetan terjadi di banyak lokasi, termasuk di Jalan Tol Dalam Kota. Genangan-genangan air di jalan hingga semeter lebih juga menyebabkan sejumlah akses dari daerah sekitar pun terganggu.
Arus banjir menggerus jalan-jalan di Jakarta dan menyebabkan berbagai kerusakan yang memperparah kemacetan. Diperkirakan sebanyak 82.150 meter persegi jalan di seluruh Jakarta rusak ringan sampai berat. Kerusakan beragam, mulai dari lubang kecil dan pengelupasan aspal sampai lubang-lubang yang cukup dalam. Kerusakan yang paling parah terjadi di Jakarta Barat, tempat jalan rusak mencapai 22.650 m², disusul Jakarta Utara (22.520 m²), Jakarta Pusat (16.670 m²), Jakarta Timur (11.090 m²). Kerusakan jalan paling ringan dialami Jakarta Timur, yang hanya menderita jalan rusak seluas 9.220 m². Untuk merehabilitasi jalan diperkirakan diperlukan dana sebesar Rp. 12 miliar. [6]
Banjir juga membuat sebagian jalur kereta api lumpuh. Lintasan kereta api yang menuju Stasiun Tanah Abang tidak berfungsi karena jalur rel di sekitar stasiun itu digenangi air luapan Sungai Ciliwung sekitar 50 sentimeter.
Sekitar 1.500 rumah di Jakarta Timur hanyut dan rusak akibat banjir. Kerusakan terparah terdapat di Kecamatan Jatinegara dan Cakung. Rumah-rumah yang hanyut terdapat di Kampung Melayu (72 rumah), Bidaracina (5), Bale Kambang (15), Cawang (14), dan Cililitan (5). Adapun rumah yang rusak terdapat di Pasar Rebo (14), Makasar (49), Kampung Melayu (681), Bidaracina (16), Cipinang Besar Selatan (50), Cipinang Besar Utara (3), Bale Kambang (42), Cawang (51), Cililitan (10), dan Cakung (485). [7]
Kerugian di Kabupaten Bekasi diperkirakan bernilai sekitar Rp 551 miliar. Kerugian terbesar adalah kerusakan bangunan, baik rumah penduduk maupun kantor-kantor pemerintah. Selain itu jalan kabupaten sepanjang 98 kilometer turut rusak. Sedikitnya 7.400 hektar sawah terancam puso. [8]
Penyakit
Setelah banjir penyakit infeksi saluran pernafasan, diare, dan penyakit kulit menjangkiti warga Jakarta, terutama yang berada di pengungsian. Ini disebabkan keadaan sanitasi dan cuaca yang buruk [9]
Ditemui pula beberapa kasus demam berdarah[10] dan leptospirosis[11] Sebagai akibat genangan air setelah banjir
Pasca bencana
Hingga hampir sepekan pascabanjir, 14 Februari 2007, 20 lampu lalu lintas di seluruh DKI Jakarta masih tidak berfungsi. Matinya lampu lalu lintas menyebabkan arus kendaraan di beberapa kawasan terganggu dan menimbulkan kemacetan. Di Jakarta Pusat lalu lintas di beberapa perempatan tidak dipandu lampu lalu lintas. Di kawasan Roxy, misalnya, lampu lalu lintas tidak berfungsi. Akibatnya, kemacetan terjadi sepanjang pagi hingga menjelang sore. Situasi serupa tampak di kawasan Kramat Bunder.
[sunting] Penanganan sampah
Bagian ini membutuhkan pengembangan ({{{date}}})
Setelah banjir surut volume sampah yang harus ditangani meningkat. Sampah-sampah yang terbawa sungai pada sampai tanggal 8 Februari berlipat ganda dari 300 m³ menjadi 600 m³ per hari. Sampah-sampah tersebut berupa antara lain berupa puing bangunan, kayu dan perabotan hanyut. [12]Selain itu banyaknya sampah yang dikirim ke tempat penampungan akhir (TPA) Bantargebang, Bekasi, juga bertambah. Sampai 15 Februari kiriman sampah sisa banjir ini diperkirakan mencapai 1.500 ton per hari[13].
[sunting] Banjir susulan

Hujan deras sejak Selasa pagi, 13 Februari, di Depok dan sebagian wilayah Jakarta Selatan menyebabkan air kembali menggenangi sebagian rumah-rumah warga yang baru saja kering dari terpaan banjir pekan sebelumnya. Hujan tersebut menyebabkan Kali Krukut yang melintasi kawasan Kemang dan Petogogan, Jakarta Selatan meluap.
Luapan itu meluas dan menggenangi rumah-rumah warga di perkampungan tersebut hingga sebatas lutut orang dewasa. Kontur tanah perkampungan yang menjorok rendah ke arah sungai menyebabkan wilayah itu mudah sekali terbanjiri luapan air dari sungai. Di kawasan Kemang, tepatnya di Kelurahan Bangka, air menggenangi sekitar seratusan rumah petak di belakang deretan kafe-kafe elit di Jalan Kemang Raya. Semakin mendekati Kali Krukut, air sudah memasuki bagian dalam rumah hingga sebetis. Banjir besar pekan lalu telah menerpa kampung tersebut hingga ketinggian dua meter.
Banjir serupa juga kembali menimpa warga Perumahan Pondok Payung Mas, Kelurahan Cipayung, Kecamatan Ciputat, Tangerang, Banten.
Hujan yang turun pada hari Sabtu 17 Februari menyebabkan sebanyak 2.761 warga Jakarta dari 612 kepala keluarga (KK), terpaksa mengungsi kembali karena rumah mereka tergenang air. Genangan ini terjadi di beberapa pemukiman di Pancoran, Kebayoran Baru, Jatinegara, dan Kramat Jati. Ketinggian genangan berkisar antara 40-120 cm. [14]
Daerah lain
• Karawang
Banjir akibat luapan sungai Citarum yang terjadi awal Februari 2007 telah menggenangi 17.000 hektar sawah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Kerugian diperkirakan mencapai sekitar Rp 1,7 miliar. Banjir yang menggenangi 25 dari 30 kecamatan di Karawang diperparah dengan jebolnya tanggul Sungai Citarum. Tanggul yang jebol ada di Kaceot I dan II, Tangkil, serta saluran induk Tarung Utara. Hingga 10 Februari, ada lima kecamatan yang masih dianggap rawan banjir, yakni Pakisjaya, Batujaya, Rengasdengklok, Jayakerta, dan Tirtajaya. Dinas Pertanian, Kehutanan, dan Perkebunan Kabupaten Karawang mencatat, sawah yang terendam banjir tersebar di 22 kecamatan. Ketinggian genangan bervariasi antara 20 hingga 70 sentimeter.
• Subang dan Indramayu
Banjir juga hampir sepekan merendam sawah dan permukiman di Subang dan Indramayu yang masih termasuk wilayah pantai utara Jawa Barat. Setidaknya 18.488 hektar sawah dipastikan rusak. Berdasarkan pantauan, di Kabupaten Subang, kerusakan terluas terjadi di Kecamatan Pamanukan (2.101 ha), Pusakanegara (1.275,5 ha), dan Legon Kulon (2.792 ha), sedangkan di Kabupaten Indramayu banjir menggenangi areal sawah di Kecamatan Kandanghaur. [19]
Banjir Kanal Jakarta

Banjir Kanal Jakarta adalah kanal yang dibuat agar aliran sungai Ciliwung melintas di luar Batavia, tidak di tengah kota Batavia. Banjir kanal ini merupakan gagasan Prof H van Breen dari Burgelijke Openbare Werken atau disingkat BOW, cikal bakal Departemen PU, yang dirilis tahun 1920. Studi ini dilakukan setelah banjir besar melanda Jakarta dua tahun sebelumnya. Inti konsep ini adalah pengendalian aliran air dari hulu sungai dan mengatur volume air yang masuk ke kota Jakarta. Termasuk juga disarankan adalah penimbunan daerah-daerah rendah.
Antara tahun 1919 dan 1920, gagasan pembuatan Banjir Kanal dari Manggarai di kawasan selatan Batavia sampai ke Muara Angke di pantai utara sudah dilaksanakan. Sebagai pengatur aliran air, dibangun pula Pintu Air Manggarai dan Pintu Air Karet
Banjir Kanal Barat dan Timur
Dengan bantuan Netherlands Engineering Consultants, tersusunlah "Master Plan for Drainage and Flood Control of Jakarta" pada Desember 1973. Berdasarkan rencana induk ini, seperti yang ditulis Soehoed dalam Membenahi Tata Air Jabotabek, pengendalian banjir di Jakarta akan bertumpu pada dua terusan yang melingkari sebagian besar wilayah kota.
Terusan itu akan menampung semua arus air dari selatan dan dibuang ke laut melalui bagian- bagian hilir kota. Kelak, terusan itu akan dikenal dengan nama Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur. Ini adalah salah satu upaya pengendalian banjir Jakarta di samping pembuatan waduk dan penempatan pompa pada daerah-daerah yang lebih rendah dari permukaan air laut.
Di dalam rencana induk itu dirancang sistem pengendalian dengan membuat kanal yang memotong aliran sungai atau saluran di wilayah Jakarta Barat. Kanal ini adalah perluasan terusan banjir peninggalan Van Breen, yang kemudian beken disebut sebagai Banjir Kanal Barat (BKB). Tetapi, karena sebagian besar alur kanal ini melintasi daerah permukiman padat, untuk pembebasan tanahnya dibutuhkan persiapan dan pelaksanaan yang panjang. Akibatnya, pembuatan perluasan BKB tersebut pun tertunda.
Setelah terjadi banjir di wilayah Jakarta Barat pada Januari 1979, pemerintah pusat bersama Pemerintah Daerah DKI Jakarta mencari jalan pemecahan untuk mengurangi potensi terjadinya genangan pada masa yang akan datang. Rencana perluasan BKB pun diganti dengan pembuatan jaringan pengendali banjir lainnya, yakni jaringan kanal dan drainase yang dinamakan Sistem Drainase Cengkareng. Saluran banjir Cengkareng selesai dibuat pada tahun 1983.
[sunting] Banjir Kanal Barat
Pembangunan saluran banjir Banjir Kanal Barat, atau juga sering disebut Kali Malang (Barat)ini dimulai tahun 1922, dengan bagian hulu berawal dari daerah Manggarai ke arah barat melewati Pasar Rumput, Dukuh Atas, lalu membelok ke arah barat laut di daerah Karet Kubur. Selanjutnya ke arah Tanah Abang, Tomang, Grogol, Pademangan, dan berakhir di sebuah reservoar di muara, di daerah Pluit.
[sunting] Banjir Kanal Timur
Untuk mengatasi banjir akibat hujan lokal dan aliran dari hulu di Jakarta bagian timur dibangun Banjir Kanal Timur (BKT). Sama seperti BKB, BKT mengacu pada rencana induk yang kemudian dilengkapi "The Study on Urban Drainage and Wastewater Disposal Project in the City of Jakarta" tahun 1991, serta "The Study on Comprehensive River Water Management Plan in Jabotabek" pada Maret 1997. Keduanya dibuat oleh Japan International Cooperation Agency.
Selain berfungsi mengurangi ancaman banjir di 13 kawasan, melindungi permukiman, kawasan industri, dan pergudangan di Jakarta bagian timur, BKT juga dimaksudkan sebagai prasarana konservasi air untuk pengisian kembali air tanah dan sumber air baku serta prasarana transportasi air.
BKT direncanakan untuk menampung aliran Kali Cipinang, Kali Sunter, Kali Buaran, Kali Jati Kramat, dan Kali Cakung. Daerah tangkapan air (catchment area) mencakup luas lebih kurang 207 kilometer persegi atau sekitar 20.700 hektar. Rencana pembangunan BKT tercantum dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2010 Provinsi DKI Jakarta.
BKT akan melintasi 13 kelurahan (2 kelurahan di Jakarta Utara dan 11 kelurahan di Jakarta Timur) dengan panjang 23,5 kilometer. Total biaya pembangunannya Rp 4,9 triliun, terdiri dari biaya pembebasan tanah Rp 2,4 triliun (diambil dari APBD DKI Jakarta) dan biaya konstruksi Rp 2,5 triliun dari dana APBN Departemen Pekerjaan Umum.
Untuk pembuatan BKT, perlu pembebasan lahan seluas 405,28 hektar yang terdiri dari 147,9 hektar di Jakarta Utara dan 257,3 hektar di Jakarta Timur. Sampai dengan September 2006, lahan yang telah dibebaskan 111,19 hektar dengan biaya sekitar Rp 700 miliar. Untuk tahun 2007, direncanakan pembebasan 267,36 hektar dengan biaya Rp 1,2 triliun.
Dalam kenyataannya, pembuatan kanal yang sudah direncanakan lebih dari 30 tahun lalu itu menghadapi pembebasan tanah yang berjalan alot. Pembangunannya menjadi lambat. Rencana tersebut tidak kunjung selesai direalisasikan, dan banjir seperti yang kini dirasakan warga Jakarta menjadi kenyataan setiap tahun